20 Agustus 2008
Kereta api arah Bandung yang kutumpangi akhirnya meninggalkan stasiun Gambir. Aku baru saja menjalani tes interview yang melelahkan di perkantoran BEJ. Jam masih menunjukkan pukul 2 sore waktu itu.
“Kalau gak ada gangguan, aku bisa sampai ke rumah jam 6 sore” gumamku sendirian. Lalu kuputuskan untuk tiduran sebentar.
Kereta ini masih kosong ketika berhenti di stasiun Jatinegara, dan aku segera terbangun ketika seseorang duduk disampingku.
“Ke Bandung, mas ?”
Sesorang dengan perawakan ramping, rambut ikal dan kulit putih menyapaku. Aku menoleh sebentar dan menganggukan kepala.
“Ya, baru ngelamar kerja.” Sahutku datar.
“Yah, ngelamar kerja di Jakarta gak gampang.” Katanya.
Aku segera meluruskan posisi dudukku, dan berkomentar sedikit :
“Oh ya? Aku baru mencoba lagi melamar kerja lagi. Sudah dua tahun aku kerja di Bandung. Dulu pernah kerja di Jakarta setahun.”
“Ooo.” Timpalnya.
“Oh, ya.. lupa.. nama saya bobby..
“Kalau mas ?...”
“Rudi”. Sahutku.
Akhirnya kita terlibat dalam percakapan. Yah. Daripada tiga jam bengong sendirian gak karuan. Apalagi gerbong yang kutumpangi ini kosong, hanya diisi. beberapa orang. Biasanya sih aku segera pindah ke kursi kosong, karena bisa tiduran dengan leluasa.
Tapi kali entah kenapa, kuputuskan tetap tinggal di kursiku. Rupanya bobby baru datang ke bandung untuk meneruskan kuliahnya yang tertuda dulu. Bobby orangnya menyenangkan. Seringkali dia bercerita tentang keluarga, teman teman, dan rencana di masa depan.
*****
Tak terasa percakapan semakin intens, dan tak terasa juga kereta sebentar lagi sampai di bandung, ketika aku dan bobby duduk berdekatan dan saling bertukar tatap. Rasanya kita semakin mengenal dan akrab.
Tiba tiba kusadari bahwa mata itu menatapku dengan tajam. Entah kenapa, ada sesuatu disana! Dan kenapa aku dan bobby sedekat ini ? tak terduga memang, tapi posisi bibirku dengan bobby semakin dekat… semakin dekat…
Mau berciuman ? Entahlah. Tapi tak ada yang berani memulainya. Dia menunggu, tapi aku tak berani melakukannya. Entah untuk berapa lama aku dan bobby sedekat ini dengan mata tanpa berkedip.
Akhirnya kami dikejutkan dengan goncangan kereta. Tersadar, dan segera aku dan bobby membetulkan posisi duduk lagi.. Tapi kali ini berbeda.. Sunyi….
Aku terdiam lama, sampai akhirnya bobby berdiri, pergi di samping pintu gerbong, jongkok dan mengeluarkan rokoknya dan melamun sendirian disana…
Aku menyusulnya, tapi kemudian kuputuskan duduk lagi di kursiku… pikiranku menerawang, entah apa yang aku pikirkan.
Akhirnya bobby kembali dan duduk di kursinya tanpa berkata sepatah katapun, ketika kereta itu sampai di stasiun Bandung.
“Sudah sampai” katanya. Aku mengangguk dan mulai mengemasi barang barangku. Aku berjalan bersampingan dengannya dengan masing masing tangan sibuk menenteng barang, ketika bis kota jurusan cicaheum, datang bertepatan.
“Aku duluan mas” katanya.
“Hati hati di jalan” kataku. Kutatap dia untuk terakhir kalinya sebelum dia naik ke bis dan duduk di dekat jendela. Matanya terus menatapku sampai pandangannya hilang dari pandanganku.
“Oh Bobby!” gumamku..
Entah pikiran apa yang berkecamuk di kepalaku. Perasaan sesal bergejolak di dada.
Bobby, memang tak seharusnya kita secepat ini. Toh kita baru saling mengenal……